✍Media gumukmas/Sejarah
Asal usul dari Gang Dolly surabaya.
Media gumukmas, Riwayat Serta Asal Usul Terciptanya "Gang Dolly" - Anda semua pasti sudah tidak asing lagi dengan Dolly atau Gang Dolly, Dolly adalah nama sebuah kawasan lokalisasi pelacuran yang terletak di daerah Jarak, Pasar Kembang, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
Kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur “dipajang” di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase yang sekarang sudah di tuttup oleh Walikota Surabaya Ibu Risma.
Gang Dolly ini, sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Dolly van der mart.
Buku yang bertajuk Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly oleh Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar, disebutkan, sebelum perempuan yang dijuluki Tante Dolly mulai 'praktik' di kawasan tersebut, Gang Dolly merupakan makam Tionghoa, meliputi wilayah Girilaya, berbatasan dengan makam Islam di Putat Gede.
Nah Pada 1966, para pendatang menghancurkan makam-makam tersebut.
Setahun kemudian, 1967, muncul seorang pelacur perempuan bernama Dolly Khavit. Ia menikah dengan pelaut Belanda dan mendirikan rumah pelacuran pertama di jalan yang sekarang bernama Kupang Gunung Timur I.
Awalnya Tante Dolly hanya menyediakan beberapa gadis untuk menjadi pekerja seks komersial guna melayani dan memuaskan syahwat para tentara Belanda.
Ternyata, pelayanan para gadis asuhan Tante Dolly banyak dianggap memusakan. Bukan hanya tentara Belanda, warga pribumi pun lantas mulai mendatangi tempat lokalisasi tersebut.
Sesuai dengan nama perintisnya, lambat laun lokasi itu pun lebih dikenal sebagai kawasan Dolly.
Dolly semakin berkembang pada 1968 dan 1969, puluhan wisma mulai bermunculan mulai dari sisi jalan sebelah barat, lalu meluas ke timur, hingga mencapai sebagian Jalan Jarak.
Hingga kini, keturunan Tante Dolly diyakini masih berada di sekitar Surabaya. Namun, mereka tak lagi meneruskan bisnis yang didirikan leluhurnya itu.
Tempat atau lokasi prostitusi ini menjadi menarik, ketika salah satunya dari cara para pekerja menjajakan dirinya. Layaknya manekin, para PSK seakan memajang dirinya di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.
Dengan begitu, para konsumen bisa dengan leluasa memilih siapa yang ingin 'menemani' mereka.
Riwayat terciptanya "Gang Dolly" dikenal oleh seluruh penjuru Asia. Pesatnya pertumbuhan Dolly bahkan menjadikan lokalisasi itu sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Bahkan disebut lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand, dan Geylang di Singapura.
Kawasan lokalisasi ini, wanita penghibur “dipajang” di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase yang sekarang sudah di tuttup oleh Walikota Surabaya Ibu Risma.
Gang Dolly ini, sudah ada sejak zaman Belanda dan dikelola oleh seorang perempuan keturunan Belanda yang dikenal dengan nama Dolly van der mart.
Buku yang bertajuk Dolly: Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks Pelacuran Dolly oleh Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar, disebutkan, sebelum perempuan yang dijuluki Tante Dolly mulai 'praktik' di kawasan tersebut, Gang Dolly merupakan makam Tionghoa, meliputi wilayah Girilaya, berbatasan dengan makam Islam di Putat Gede.
Nah Pada 1966, para pendatang menghancurkan makam-makam tersebut.
Setahun kemudian, 1967, muncul seorang pelacur perempuan bernama Dolly Khavit. Ia menikah dengan pelaut Belanda dan mendirikan rumah pelacuran pertama di jalan yang sekarang bernama Kupang Gunung Timur I.
Awalnya Tante Dolly hanya menyediakan beberapa gadis untuk menjadi pekerja seks komersial guna melayani dan memuaskan syahwat para tentara Belanda.
Ternyata, pelayanan para gadis asuhan Tante Dolly banyak dianggap memusakan. Bukan hanya tentara Belanda, warga pribumi pun lantas mulai mendatangi tempat lokalisasi tersebut.
Sesuai dengan nama perintisnya, lambat laun lokasi itu pun lebih dikenal sebagai kawasan Dolly.
Dolly semakin berkembang pada 1968 dan 1969, puluhan wisma mulai bermunculan mulai dari sisi jalan sebelah barat, lalu meluas ke timur, hingga mencapai sebagian Jalan Jarak.
Hingga kini, keturunan Tante Dolly diyakini masih berada di sekitar Surabaya. Namun, mereka tak lagi meneruskan bisnis yang didirikan leluhurnya itu.
Tempat atau lokasi prostitusi ini menjadi menarik, ketika salah satunya dari cara para pekerja menjajakan dirinya. Layaknya manekin, para PSK seakan memajang dirinya di dalam ruangan berdinding kaca mirip etalase.
Dengan begitu, para konsumen bisa dengan leluasa memilih siapa yang ingin 'menemani' mereka.
Riwayat terciptanya "Gang Dolly" dikenal oleh seluruh penjuru Asia. Pesatnya pertumbuhan Dolly bahkan menjadikan lokalisasi itu sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Bahkan disebut lebih besar dari Patpong di Bangkok, Thailand, dan Geylang di Singapura.
Open Comments Close Comments