para pahlawan perempuan indonesia
Dalam rangka memperingati hari Ibu, sebagai bentuk apresiasi dan rasa bangga, hormat dan kagum, kepada kaum Ibu atau wanita, berikut ini adalah untuk mengulas sosok pahlawan Nasional Wanita Indonesia.
1. R.A KARTINI
Raden Adjeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 - meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904, adalah tokoh perempuan dan Pahlawan Nasional Wanita Indonesia yang setiap hari kelahirannya pada tanggal 21 April diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia setiap tahunnya.
Karena dengan keberaniannya, Kartini membuka mata masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum wanita Indonesia.
2. DEWI SARTIKA
Dewi Sartika adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia kelahiran kota Bandung, 4 Desember 1884 - meninggal di Tasikmalaya, 11 September 1947.
Loading...
Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan di sebuah ruangan kecil dibelakang rumah ibunya di Bandung. Dewi Sartika mengajar dihadapan anggota keluarganya yang perempuan merenda, memask, jahit menjahit, membaca. menulis dan sebagainya.
Ia adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita dan diakui sebagai Pahlawan Nasional Wanita oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1966.
3. FATMAWATI
Fatmawati yang bernama asli Fatimah lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923 - meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 adalah istri dari Presiden Indonesia pertama, Soekarno. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia pertama dari tahun 1945 hingga 1957.
Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada acara Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945.
4. NYI AGENG SERANG
Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia kelahiran ( Serang, Purwodadi, Jawa Tengah 1752 - Yogyakarta, 1828 ). Ia adalah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari Kerajaan Mataram atau tepatnya di wilayah Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan - Sragen.
Nyi Ageng Serang adalah salah satu keturunan dari Sunan Kalijaga dan Ia juga mempunyai keturunan seorang Pahlawan Nasional yaitu Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo.
Ia merupakan Pahlawan Nasional Wanita Indonesia Yang Mulai Terlupakan karena mungkin namanya tak setenar Pahlawan Nasional Wanita lainnya seperti R.A Kartina atau Cut Nya Dien tapi Ia sangat berjasa bagi negeri ini. Warga Kulon Progo mengabadikan namanya dalam sebuah monumen ditengah kota Wates berupa patungnya yang sedang menunggang kuda dengan gagah berani membawa tombak.
5. CUT NYAK DHIEN
Cut Nyak Dhien (lahir Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 - meninggal di Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908) adalah seorang Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh.
Keberadaannya menambah semangat perlawanan rakyat Aceh. Ia juga masih berhubungan dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya Cut Nyak Dhien dibuang ke Sumedang dan meninggal pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat. Dan atas jasa dan perjuangannya nama Cut Nyak Dhien diabadikan sebagai Bandar Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
6. MARIA WALANDA MARAMIS
Maria Josephine Catherine Maramis atau yang dikenal dengan Maria Walanda Maramis adalah seorang Pahlawan Nasional Wanita Indonesia kelahiran Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember 1872 - meninggal di Maumbi, Sulawesi Utara, 22 April 1924. Ia berusaha untuk mengembangkan keadaan wanita Indonesia pada permulaan abad ke-20.
Maria ditasbihkan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk mengembangkan daya pikirnya. bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih maju daripada kaum lelaki.
Untuk mengenang jasa-jasanya, telah dibangun Patung Walanda Maramis di daerah Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari kota Manado yang dapat ditempuh dengan angkutan darat.
7. MARTA CHRISTINA TIAHAHU
Martha Christina Tiahahu kelahiran Nusalaut, Maluku, 4 Januari 1800 - meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818. Ayahnya adalah Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu dan juga membantu Thomas Matulessy dalam Perang Pattimura pada tahun 1817 melawan Belanda.
Martha Christina tercatat sebagai seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang putri remaja yang langsung terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817. Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai dikalangan musuh. Ia dikenal sebagai gadis yang pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.
Dengan rambutnya yang panjang terurai kebelakang, serta terikat kepala sehelai kain berang (merah) Ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusa Laut maupun di Pulau Saparua.
Di Kapal Perang Eversten, Martha Christina menemui ajalnya dan dengan penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2 Januari 1818. Atas jasa dan pengorbanannya, Martha Christina Tiahahu dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Wanita Indonesia oleh Pemerintah Republik Indonesia.
8. CUT NYAK MEUTIA
Cut Nyak Meutia (Keureutoe, Pirak Aceh Utara, 1870 - Alue Kurieng, Aceh 24 Oktober 1910) adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dari daerah Aceh, Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi Pahlwan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
Cut Nyak Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama dengan suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap oleh Belanda dan di hukum mati di tepi pantai Lhokseumawe.
Bersama sisa-sisa pasukannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Ia bersama pasukannya bentrok dengan Marechausee di Alue Kurieng yang dalam pertempuran tersebut, Ia gugur.
9. HAJJAH H.R RASUNA SAID
Hajjah Rangkayo Rasuna Said (Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910 - meninggal di Jakarta, 2 November 1965) merupakan Pahlawan Nasional Wanita Indonesia dan pantas dikenang akan jasanya oleh generasi muda Indonesia.
Ia memulai aktivitasnya di organisasi Sarekat Rakyat. Setelah itu ia ikut dalam berbagai gerakan pemuda dan mengungkapkan keresahan-keresahannya dalam pidatonya yang berisi. Ia meninggal pada tahun 1965 dan dinobatkan sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Wanita Indonesia.
10. OPU DAENG RISADJU
Opu Daeng Risadju ( 1880 - 1964 ), adalah Pahlawan Nasional Wanita Indonesia yang berasal dari Sulawesi Selatan. Meskipun ia adalah seorang perempuan, Opu Daeng Risadju berani memimpin pemberontakan untuk melawan tentara NICA yang datang ke Sulawesi Selatan. Namun, Ia berhasil di tangkap dan disiksa oleh para penjajah.
Atas jasa dan keberaniannya melawan penjajah Belanda, Pemerintah Republik Indonesia menobatkan Opu Daeng Risadju sebagai Pahlawan Nasional Wanita Indonesia pada tahun 2006.
11. MALAHAYATI
Malahayati ( 1550 - 1615), adalah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh. Nama aslinya adalah Keumalahayati. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakek dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, Putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530 - 1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada tahun 1585-1604, Malahayati memegang jabatan sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV.
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas) berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda pada tanggal 11 September 1599 sekaligus berhasil membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Atas keberaniannya ini Ia mendapat gelar Laksamana sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan sebutan Laksamana Malahayati.
Atas jasa dan keberaniannya nama Laksamana Malahayati dijadikan nama Pelabuhan Laut di Aceh yang bernama Pelabuhan Malahayati.
12. SITI MANGGOPOH
Siti Manggopoh (1880-1960) adalah seorang pejuang wanita dari Manggopoh, Agam, Sumatera Barat yang apada tahun 1908 melakukan perlawanan terhadap kebikjakan ekonomi Belanda melalui Pajak Uang (Belasting) yang disebut dengan Perang Belasting. Peraturan Belasting dianggap bertentangan dengan dengan Adat Minangkabau.
Pada tanggal 16 Juni 1908, Belanda sangat kewalahan menghadapi perjuangan tokoh perempuan Minangkabau ini. Sehingga meminta bantuan kepada tentara Belanda yang berada di luar nagari Manggopoh. Dengan siasat yang diatur sedemikian rupa oleh Siti, Ia berhasil menewaskan 53 tentara Belanda.
Sebagai seorang perempuan, Siti Manggopoh cukup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Ia memanfaatkan naluri keperempuannya secara cerdas untuk mencari informasi tentang kekuatan Belanda tanpa hanyut dibuai rayuan mereka.
Ia pernah mengalami komplik bathin ketika akan melakukan penyerbuan ke benteng Belanda, Komplik bathin tersebut adalah antara rasa keibuan terhadap anaknya yang erat menyusu dan disatu pihak atas panggilan jiwa ia ingin melepaskan rakyat dari kezaliman yang dilakukan Belanda. Namun ia berhasil keluar dari sana dengan memenangkan panggilan jiwanya untuk membantu rakyat.
Tanggung jawabnya sebagai ibu dilakukan kembali setelah melakukan penyerangan, Bahkan anaknya yang bernama Dalima, ia bawa melarikan diri ke hutan selama 17 hari dan selanjutnya dibawa serta ketika Ia tertangkap dan dipenjara selama 14 bulan di Lubuk Basum, Agam, Sumatera Barat, 16 bulan di Pariaman dan 12 bulan di Padang, akhirnya Siti Manggopoh dibebaskan.
Demikianlah ulasan Berikut ini Para Pahlawan Wanita di Indonesia, pahlawan wanita Indonesia yang tangguh. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.
Sumber: Dari berbagai rangkuman
Sumber: Dari berbagai rangkuman
Open Comments Close Comments