peliharaan Warga yang bertahan di tenda
Media gumukmas, Jember - Banjir yang melanda tiga kecamatan di Kabupaten Jember belum juga surut dari permukiman warga. Permukiman warga, jalan, dan persawahan yang masih digenangi banjir terjadi di Kecamatan Kencong, Gumukmas, dan Sumberbaru.
Dari informasi yang dihimpun Surya, sebenarnya terjadi penyurutan tinggi air yang menggenangi kawasan-kawasan tersebut. Namun air tetap menggenangi rumah warga, sehingga mereka masih bertahan di penampungan, tenda darurat, maupun rumah tetangga yang lebih tinggi.
Banjir masih menggenangi permukiman warga di Desa Kraton Kecamatan Kencong. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, terdapat 738 kepala keluarga di Desa Kraton yang rumahnya terdampak banjir. 2.266 jiwa terkena dampak banjir tersebut.
Sampai Selasa (25/12/2018), ratusan jiwa bertahan di atas tangkis Sungai Tanggul juga tangkis saluran air primer di Dusun Kedungklangkap, juga di SDN Kraton 3.
Dari informasi yang dihimpun Surya, sebenarnya terjadi penyurutan tinggi air yang menggenangi kawasan-kawasan tersebut. Namun air tetap menggenangi rumah warga, sehingga mereka masih bertahan di penampungan, tenda darurat, maupun rumah tetangga yang lebih tinggi.
Banjir masih menggenangi permukiman warga di Desa Kraton Kecamatan Kencong. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, terdapat 738 kepala keluarga di Desa Kraton yang rumahnya terdampak banjir. 2.266 jiwa terkena dampak banjir tersebut.
Sampai Selasa (25/12/2018), ratusan jiwa bertahan di atas tangkis Sungai Tanggul juga tangkis saluran air primer di Dusun Kedungklangkap, juga di SDN Kraton 3.
Sebanyak 58 orang menginap di tempat penampungan di SDN Kraton 3, dan lebih banyak orang memilih bertahan di tangkis sungai.
Tidak hanya orang, namun hewan ternak diselamatkan ke tangkis sungai yang lebih tinggi dari sungai dan saluran air primer.
Mereka bertahan di penampungan dan tenda darurat karena air masih setinggi sekitar 1 meter di rumah mereka.
"Sampai saat ini banjir masih menggenangi. Memang ada surut kalau dilihat dari air yang berbelok melewati tangkis yang jebol. Namun banjirnya melebar, bahkan sampai ke kecamatan tetangga yakni Gumukmas," ujar Camat Kencong Susmiadi kepada Surya, Selasa (25/12/2018).
Tim penyelamat gabungan seperti TNI, Polri, BPBD, Basarnas, dan PMI terus menyalurkan bantuan kepada warga yang terdampak banjir.
Selain menyalurkan bantuan, petugas juga terus memantau debit Sungai Tanggul yang melewati kawasan tersebut.
"Terutama yang di tangkis jebol. Kami berharap di kawasan hulu tidak hujan sehingga debit makin menurun, dan penutupan tangkis jebol bisa kami lakukan. Sampai hari ini tangkis jebol belum bisa kami lakukan karena masih dialiri air," imbuh Susmiadi.
Menurutnya, pembenahan tangkis tersebut bisa dilakukan memakai teknologi yang biayanya cukup mahal, yakni menahan air yang mengarah ke tangkis jebol memakai sitel (semacam papan dari besi dengan tiang pancang).
Kemudian di belakang sitel diberi penahan berupa jumbo bag berisi material.
"Barulah penutupan tangkis jebol bisa dilakukan, itu kalau tidak mau menunggu kondisi air terus menyusut. Namun teknik ini berbiaya mahal. Jika tidak bisa maka penutupan tangkisnya menunggu air benar-benar surut baru bisa dikerjakan memakai alat berat, dan material untuk menutup tangkis tersebut," imbuh Susmiadi.
Sementara itu, banjir dari Kencong terus meluas ke Desa Menampu Kecamatan Gumukmas. Air dari Dusun Kedunglangkap Desa Kraton bermuara di rawa-rawa Dusun Pulorejo Desa Menampu.
Di sisi lain, rawa-rawa di desa tersebut dipenuhi air. Akibatnya air terus menggenang di kawasan persawahan, dan jalan desa setempat.
"Ini yang membuat banjir cukup lama surutnya di permukiman warga, sebab air tidak bisa terbuang ke muara," tegas Susmiadi. Pihaknya berharap tidak turun hujan di kawasan hulu, juga hilir sehingga penanganan banjir bisa segera dilakukan.
Susmiadi menambahkan tangkis jebol kali ini merupakan peristiwa ke-10 kalinya semenjak tahun 1996. Tangkis yang jebol berada di sisi barat dan timur Sungai Tanggul.
"Delapan kali tangkis yang barat, dan dua kali tangkis yang timur. Sekarang yang timur, dan terbilang paling parah," lanjutnya.
Susmiadi menyebut paling parah karena akses jalan ke lokasi banjir terputus oleh air, baik dari arah Kencong maupun dari arah Gumukmas.
Di masa darurat ini, petugas penolong terus mendistribusikan bantuan antara lain nasi bungkus, selimut, dan terpal. Nasi bungkus disalurkan dari dapur umum BPBD dan PMI Jember.
Ngatiyem, seorang warga Dusun Kedunglangkap Desa Kraton termasuk satu dari ratusan orang yang bertahan di tenda darurat tangkis sungai. Dia bersama keluarganya membutuhkan selimut.
"Yang kurang selimut, tidur di tenda jadi dingin," ujar Ngatiyem.
Seperti diberitakan, banjir melanda Kecamatan Kencong pada Minggu (23/12/2018) lalu akibat jebolnya tangkis Sungai Tanggul.
Selain di Kencong, banjir juga masih menggenangi permukiman warga di Desa Sumberagung Kecamatan Sumberbaru. Terdapat 579 rumah terendam di desa tersebut.
"Tiga hari berjalan dan rumah-rumah masih terendam banjir. Agak surut tapi masih tergenang," kata Kapolsek Sumberbaru AKP Subagiyo kepada Surya, Selasa (25/12/2018).
Banjir itu terjadi pada Minggu (23/12/2-18) lalu. Ketika itu, air mencapai pinggang orang dewasa. Akibatnya warga yang rumahnya terdampak banjir menumpang ke rumah saudara atau tetangga.
"Rata-rata menginap di rumah tetangga atau saudara yang letaknya lebih tinggi dan tidak terkena banjir. Bantuan juga terus disalurkan," lanjut Subagiyo.
Seperti diberitakan sebelumnya, banjir melanda sejumlah kecamatan di Jember pada Minggu (23/12/2018). Banjir, juga tanah longsor melanda di 11 kecamatan.
Hingga tiga hari berjalan, banjir masih melanda Kencong, Gumukmas, dan Sumberbaru.
Tidak hanya orang, namun hewan ternak diselamatkan ke tangkis sungai yang lebih tinggi dari sungai dan saluran air primer.
Mereka bertahan di penampungan dan tenda darurat karena air masih setinggi sekitar 1 meter di rumah mereka.
"Sampai saat ini banjir masih menggenangi. Memang ada surut kalau dilihat dari air yang berbelok melewati tangkis yang jebol. Namun banjirnya melebar, bahkan sampai ke kecamatan tetangga yakni Gumukmas," ujar Camat Kencong Susmiadi kepada Surya, Selasa (25/12/2018).
Tim penyelamat gabungan seperti TNI, Polri, BPBD, Basarnas, dan PMI terus menyalurkan bantuan kepada warga yang terdampak banjir.
Selain menyalurkan bantuan, petugas juga terus memantau debit Sungai Tanggul yang melewati kawasan tersebut.
Loading...
"Terutama yang di tangkis jebol. Kami berharap di kawasan hulu tidak hujan sehingga debit makin menurun, dan penutupan tangkis jebol bisa kami lakukan. Sampai hari ini tangkis jebol belum bisa kami lakukan karena masih dialiri air," imbuh Susmiadi.
Menurutnya, pembenahan tangkis tersebut bisa dilakukan memakai teknologi yang biayanya cukup mahal, yakni menahan air yang mengarah ke tangkis jebol memakai sitel (semacam papan dari besi dengan tiang pancang).
Kemudian di belakang sitel diberi penahan berupa jumbo bag berisi material.
"Barulah penutupan tangkis jebol bisa dilakukan, itu kalau tidak mau menunggu kondisi air terus menyusut. Namun teknik ini berbiaya mahal. Jika tidak bisa maka penutupan tangkisnya menunggu air benar-benar surut baru bisa dikerjakan memakai alat berat, dan material untuk menutup tangkis tersebut," imbuh Susmiadi.
Sementara itu, banjir dari Kencong terus meluas ke Desa Menampu Kecamatan Gumukmas. Air dari Dusun Kedunglangkap Desa Kraton bermuara di rawa-rawa Dusun Pulorejo Desa Menampu.
Di sisi lain, rawa-rawa di desa tersebut dipenuhi air. Akibatnya air terus menggenang di kawasan persawahan, dan jalan desa setempat.
"Ini yang membuat banjir cukup lama surutnya di permukiman warga, sebab air tidak bisa terbuang ke muara," tegas Susmiadi. Pihaknya berharap tidak turun hujan di kawasan hulu, juga hilir sehingga penanganan banjir bisa segera dilakukan.
Susmiadi menambahkan tangkis jebol kali ini merupakan peristiwa ke-10 kalinya semenjak tahun 1996. Tangkis yang jebol berada di sisi barat dan timur Sungai Tanggul.
"Delapan kali tangkis yang barat, dan dua kali tangkis yang timur. Sekarang yang timur, dan terbilang paling parah," lanjutnya.
Susmiadi menyebut paling parah karena akses jalan ke lokasi banjir terputus oleh air, baik dari arah Kencong maupun dari arah Gumukmas.
Di masa darurat ini, petugas penolong terus mendistribusikan bantuan antara lain nasi bungkus, selimut, dan terpal. Nasi bungkus disalurkan dari dapur umum BPBD dan PMI Jember.
Ngatiyem, seorang warga Dusun Kedunglangkap Desa Kraton termasuk satu dari ratusan orang yang bertahan di tenda darurat tangkis sungai. Dia bersama keluarganya membutuhkan selimut.
"Yang kurang selimut, tidur di tenda jadi dingin," ujar Ngatiyem.
Seperti diberitakan, banjir melanda Kecamatan Kencong pada Minggu (23/12/2018) lalu akibat jebolnya tangkis Sungai Tanggul.
Selain di Kencong, banjir juga masih menggenangi permukiman warga di Desa Sumberagung Kecamatan Sumberbaru. Terdapat 579 rumah terendam di desa tersebut.
"Tiga hari berjalan dan rumah-rumah masih terendam banjir. Agak surut tapi masih tergenang," kata Kapolsek Sumberbaru AKP Subagiyo kepada Surya, Selasa (25/12/2018).
Banjir itu terjadi pada Minggu (23/12/2-18) lalu. Ketika itu, air mencapai pinggang orang dewasa. Akibatnya warga yang rumahnya terdampak banjir menumpang ke rumah saudara atau tetangga.
"Rata-rata menginap di rumah tetangga atau saudara yang letaknya lebih tinggi dan tidak terkena banjir. Bantuan juga terus disalurkan," lanjut Subagiyo.
Seperti diberitakan sebelumnya, banjir melanda sejumlah kecamatan di Jember pada Minggu (23/12/2018). Banjir, juga tanah longsor melanda di 11 kecamatan.
Hingga tiga hari berjalan, banjir masih melanda Kencong, Gumukmas, dan Sumberbaru.
Loading...
Sumber surabaya.tribunnews.com
Open Comments Close Comments